Benarkah bangsa Indonesia itu bodoh dan tertinggal dalam berbagai bidang jika dikomparatipkan dengan negara-negara tetangga atau negara lain yang mempunyai latar belakang berbeda, budaya berbeda,pengalaman berbeda,agama dan keyakinan berbeda, ideologi berbeda, kalau dalam fenomena
sekarang"berbeda Ipoleksosbudhankam agama".
Saya tidak sependapat dengan pemikiran itu, justru bangsa Indonesia itu pada cerdas, pandai, cerdik, gigih dalam berjuang, namun disisi lain mempunyai budaya tidak rela bila menonjolkan keakuan-nya.
Sebenarnya manusia didunia ini tidak ada yang bodoh, tidak ada yang hebat,sesungguhnya kita manusia dilahirkan tidak tau apa-apa. Lantas siapa yang memberi tahu, sudah barang tentu lingkungan sekitar memberikan rangsangan untuk belajar.
Dengan demikian manusia itu bisa berubah dari bodoh menjadi pandai, dari lambat menjadi cerdik ternyata dari belajar. Hanya perlu kita sadari bahwa perubahan itu bisa terjadi dipengaruhi pula oleh Mental Models yang ada pada dirinya masing-masing, sehingga pengetahuannya ada yang sudah lebih dulu memperoleh, ada yang belakangan dan mungkin juga ada yang tidak mau mencari tahu, sehingga seolah-olah terbelakang. Yang pada akhirnya tidak berani mengemukakan ide atau gagasan, walaupun dalam dirinya mempunyai setumpuk pengalaman, yang mungkin orang lain tidak mempunyai pengalaman itu.
Karena mental models sangat berbeda maka harus ada upaya menyamakan persepsi sehingga bisa berubah menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, sudah barang tentu harus ada kemampuan merefleksikan apa yang dipikirkan oleh orang lain juga harus mampu mengasumsikan apa yang dipikirkan orang lain. Disinilah mental models akan berubah manakala ada keseimbangan antara inqueri dengan advocasi. Bila tidak maka ide atau gagasan itu tidak akan tertuang dan tidak akan bisa dimunculkan, apalagi bila dalam sebuah komunitas terdapat kebiasaan memperolok-olokan orang lain, sudah dipastikan ide atau gagasan itu akan tertimbun dalam-dalam di otak seseorang.
Ide atau gagasan yang dimunculkan ke permukaan akan bisa diperbaiki dan dilengkapi oleh orang lain, sehingga dikemudian hari bisa diaplikasikan dan diimplementasikan dengan baik. TUHAN membentuk otak manusia dalam dua bagian, yaitu otak kiri dan otak kanan, kedua otak ini harus sama sama terlatih secara seimbang supaya mampu mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya, dan mampu mengungkapkan
perasaannya, sehingga ada kesamaan apa yang dikatakan dengan apa yang dipikir atau dirasa dalam hati,katakan yang benar tu benar adanya walaupun terasanya pahit.
Setiap orang mengungkapkan ide atau gagasan atau melakukan sesuatu juga dipengaruhi oleh paradigma yang ada pada dirinya karena menurut Prof. Dr.Mustopadidjaja,MPIA Paradigma sebagai teori dasar atau cara pandang yang fundamental, dilandasi nilai-nilai tertentu, dan berisikan teori pokok, konsepsi, asumsi metodologi atau cara pendekatan yang dapat digunakan para teoritisi dan praktisi dalam menaggapi sesuatau permasalahan baik dalam kaitan pengembangan ilmu maupun dalam upaya pemecahan permasalahan bagi
kemajuan hidup dan kehidupan manusia. . Dalam era global dimana terjadi borderless orang cenderung mengadopsi teori asing, teori dari barat kalau berbicara tidak mendasarkan pada teori barat seolah oleh tidak ilmiah, dan berfikir mundur. Padahal sebagai bangsa Indonesia harus bangga bahwa teori yang bisa digali dari lokal dan bisa menjadi daya ungkit dalam melakukan perbaikan cukup banyak, yang penting ada persepsi yang sama dalam menggunakan suatu teori. Sebaik apapun teori dihapal, apabila tidak mampu mengasumsikan dan merefleksikan dengan baik yang sesuai dengan lingkungan stratejik yang ada, maka terori itu tidak akanbemanfaat.
Coba kita fikirkan bersama apakah sudah tepat cara kita membandingkan dan akurat data yang dijadikan pembanding sehingga posisi Indonesia sangat terpuruk dimata dunia, dan mengakibatkan orang tidak percaya diri dan tidak bangga dengga menjadi warga negara Indonesia, sampai sampai berani berinvestasi di luar negeri. Atau ada skenario besar supaya bangsa indonesia tidak percaya diri, jadi kalau sudah tidak percaya diri akan menggandungkan diri pada orang lain. Perhatikan secara seksama bila orang tidak percaya diri jangankan mengeluarkan ide atau gagasan mengamankan dirinya sendiri dari persaingan sudah belepotan. Salah satu contoh data pendapatan percapita mungkin tidak tepat karena banyak penghasilan yang tidak dilaporkan, dikarenakan takut dipersepsikan oleh orang lain bila jujur menyampaikan penghasilan yang sebenarnya takut dianggap korupsi atau mungkin menghindar dari Pajak.
Marilah kita berbuat bagi diri kita sehingga akan berdampak bagi keluarga, bagi sahabat, bagi lingkungan RT, bagi lingkungan RW, Bagi lingkungan Kelurahan bagi lingkungan Kecamatan, Bagi Lingkungan Kota, Bagi lingkungan Propinsi,Bagi lingkungan Negara, bgi lingkungan Dunia dan bagi lingkungan Alam
semesta ini.
'Tidak akan ada perbaikan besar bila tidak ada perbaikan kecil ', Tokoh Nasional juga harus
mampu menjadi tokoh lokal. Karena publik itu harus dibentuk,harus dijemput dan harus diperjuangkan.
Meningkatkan daya saing lokal/daerah akan mampu memberikan makna terhadap perkembangan makro, namun bila kita terus merasa rendah diri terhadap perbandingan kemajuan bangsa lain maka kita akan hidup dalam mimpi.harus kita ingat bersama bahwa orang yang paling baik dan berhasil adalah orang yang mampu hidup baik pada jamannya yang diselarakan dengan paradigma yang berkembang dan mengadop nilai-nilai lama dan nilai lokal dalam mengimplementasikan hidup dan kehidupannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar