Tidak ada rahasia untuk sukses,itu hasil persiapan,kerja keras dan belajar dari kegagalan
Senin, 14 Mei 2012
Ketegasan Soekarno dan pesawat Rusia
Presiden Sukarno dan Kamerad Kruschev
Saat
umur republik baru belasan tahun, Indonesia sudah memiliki pesawat
kepresidenan. Pesawat yang dipakai Presiden Soekarno awal 60-an adalah
Ilyushin Il-18 buatan Uni Soviet.
Pesawat ini adalah pemberian
dari pemerintah Uni Soviet atau kini Rusia. Di dalam negeri, pesawat
yang selalu membawa Bung Karno ke seluruh Nusantara ini, kemudian diberi
nama Dolok Martimbang.
Sebelum
menggunakan pesawat Rusia itu, Soekarno pernah punya masalah soal
burung terbang dengan negeri Lenin itu. Pernah suatu saat Soekarno
berencana mengunjungi Soviet dengan menggunakan pesawat PanAm jenis DC-8
buatan Amerika Serikat, musuh Soviet dalam perang dingin.
Rencana itu jelas membuat pemimpin Soviet Nikita Kruschev keberatan.
Pemerintah Soviet saat itu langsung mengajukan usul akan menjemput sang
proklamator di Jakarta menggunakan pesawat Soviet yang lebih megah,
yakni Ilyushin L.111.
Bukan Soekarno namanya kalau mau didikte
asing. Alih-alih luluh dengan bujukan Sang Kamerad, Bung Karno malah
mengancam akan membatalkan kunjungannya ke Negeri Beruang Merah itu.
Maklum, saat itu republik memang sedang jadi rebutan antara Blok Timur
yang dipimpin Soviet dan Blok Barat yang dipimpin AS.
Akhirnya
Soviet pun mengalah. Akan tetapi, Soviet tidak mau kehilangan akal.
Mereka tetap tidak mau terlihat ada pesawat buatan kapitalis yang
mendarat di negeri komunis itu. Alhasil, saat PanAm DC-8 yang ditumpangi
Soekarno mendarat di Bandara Moskow, petugas Air Traffic Controller
langsung mengarahkan pesawat parkir tepat di antara dua pesawat terbang
raksasa negara itu. Jadilah pesawat PanAm itu tampak kecil diapit oleh
Ilyushin L.111.
Setelah itu, Kruschev yang menjemput Bung Karno
di lapangan terbang, masih menyindir, "Hai, Bung Karno! Itukah pesawat
kapitalis yang engkau senangi? Lihatlah, tidakkah pesawat-pesawatku
lebih perkasa?"
Mendengar ucapan pengganti Stalin itu, Bung
Karno hanya tersenyum lebar dan menjawab, "Kamerad Kruschev, memang
benar pesawatmu kelihatan jauh lebih besar dan gagah, tetapi saya merasa
lebih comfortable dalam pesawat PanAm yang lebih kecil itu."
Ketegasan Soekarno membuat Kruschev makin kagum pada sosok pemimpin yang
sudah kondang ke seantero dunia tersebut. Di kemudian hari, lobi yang
dilakukan Soekarno bahkan sukses mendatangkan berbagai peralatan tempur
dari Soviet untuk memperkuat TNI. Berkat aneka persenjataan Soviet itu,
kekuatan militer RI saat itu menjadi salah satu yang terkuat di Asia
Selatan.
Cerita Bung Karno soal pesawat Soviet ini seakan
membantah anggapan Barat bahwa pemimpin besar revolusi tunduk oleh
kekuatan kiri. Sikap Bung Karno yang tidak mau tunduk dalam hal kecil
(pesawat), semakin menegaskan sikap republik yang memilih jalan nonblok.
Bagaimana dengan pemimpin sekarang..???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar