SELAMAT DATANG DI BLOGSPOT BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEMERINTAHAN DESA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN BENGKAYANG

Senin, 28 Mei 2012

Menyampaikan Kritik Yang Baik


Manusia, memang makhluk yang unik. Keunikan itu berbeda antara satu individu dengan individu yang lainnya. keunikan itu pula yang menciptakan perbedaan antar manusia. Perbedaan dalam banyak hal, sehingga tidak ada manusia yang sama di dunia ini (bahkan seorang yang kembar identik pun pasti punya perbedaan).
Adanya perbedaan, menimbulkan pemenuhan kebutuhan tiap individu pun berbeda, cara memenuhi kebutuhan, keinginan, impian dan lain sebagainya. Perbedaan ini pula yang mempelopori lahirnya kritikan. Kritik terjadi setelah seseorang melakukan suatu perilaku, berbicara, berbuat atau mengambil kebijakan tertentu. Kemudian orang lain pun melakukan penilaian. Ketidaksesuaian apa yang diinginkan oleh pengkritik dengan apa yang dilakukan oleh obyek yang dikritik inilah yang menimbulkan kritik. Entah pada bagian salah dalam menempatkan, salah dalam melakukan, salah intrepretasi, atau terkena sistem penilaian orang lain dalam perspektif yang berbeda.
Walaupun apa yang dilakukan orang tersebut benar. Tetapi seseorang jelas mempunyai hak untuk melakukan penilaian. Yang menjadi masalah adalah ketika kritik ini tidak disampaikan secara baik, atau tidak etis. Kritik ini disampaikan secara tidak etis, dikarenakan beberapa hal :
1. Penyampaiannya secara emosional, semau yang berbicara, tanpa memperdulikan sejauh mana tingkat penerimaan orang yang dikritik itu terhadap kritikan.
2. Tidak ada pendasaran. Kritikan yang diberikan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Artinya, orang yang memberikan kritikan hanya bisa mengucapkan salah, tidak cocok, tidak setuju, menolak tanpa memberikan pendasaran yang jelas.
3. Pengkritik tidak suka atau benci dengan obyek yang dikritik, sehingga pengkritik selalu berusaha untuk menjatuhkan orang yang dikritik.
4. Tidak memperdulikan bahwa orang lain pun punya perasaan. Kritik pedas yang terlalu berlebihan sehingga membuat obyek yang dikritik menjadi malu, under estimate, tidak percaya diri bahkan mengalami traumatik.
5. Kritik cenderung menyalahkan orang lain, disampaikan dengan amarah, membabi buta.
Kritikan yang semacam itu harusnya dihindari. Kritikan yang tidak etis merupakan pemicu utama terjadinya konflik. Jika kita kembali pada tujuan diberikannya kritik, seharusnya kritik adalah suatu pendapat yang ditujukan untuk perbaikan diri sehingga baik si pengkritik maupun orang yang dikritik mampu melahirkan karya yang lebih baik dan menjadi berkepribadian lebih baik lagi.
Sayangnya banyak orang yang tidak berpijak dengan hal itu, sekali lagi mereka lebih menggunakan gaya kritik yang tidak etis ketimbang mematuhi etika yang berlaku. Hal ini sepertinya sejalan dengan budaya orang Indonesia pada umumnya yang cenderung emosional dan menggunakan perasaan, sehingga tidak rasional.
Tingkat pendidikan dan pengetahuan, nilai-nilai moral dan kesopanan yang telah memudar serta penguasaan terhadap kecerdasan IESQ tidak seimbang dapat dijadikan alasan mengapa banyak orang pada akhirnya menyampaikan kritik secara tidak baik.
Lalu, bagaimana seharusnya kritik yang baik itu disampaikan. Menurut Saya ada beberapa hal yang dapat digunakan untuk menyampaikan kritik yang baik.
1. Kritik disampaikan secara obyektif. Artinya kritik tidak memandang subyektif (orang yang akan dikritik), siapapun orangnya walaupun itu presiden sekalipun layaknya juga dikritik ketika ia melakukan kesalahan. Pun juga kritik yang obyektif adalah kritik yang sesuai dengan realitas yang terjadi, akan menjadi kritik yang tidak obyektif apabila kritik itu tidak sesuai dengan realitas.
2. Kritik disertai pendasaran dan tidak disampaikan secara emosional. Maksudnya dalam menyampaikan kritik disertai alasan-alasan yang jelas mengenai kesalahan-kesalahan yang dilakukan orang yang dikritik. Kalaupun kritik itu adalah sebuah penilaian juga diberikan argumen yang benar.
3. Kritik seharusnya disertai pula dengan solusi atau saran dan disampaikan dengan bahasa atau tutur kata yang baik sehingga tidak menyinggung perasaan orang lain.
Dengan cara demikian, setidaknya perbedaan dalam pemikiran, menyampaikan gagasan dan mengungkapkan pendapat tidak seharusnya menimbulkan perpecahan antar individu apalagi sampai menjadi konflik antar golongan. Ada baiknya setelah kritik itu disampaikan tidak menjadi berlarut-larut, selesai sampai disitu dan tidak menjadi panjang diluar forum.
Memang menjadi hak orang yang dikritik sepenuhnya apakah akan menerima kritik dan saran itu atau tidak. Tetapi semestinya ketika kritikan itu adalah sebuah kebenaran, layaknya diterima dengan lapang dada dan dijalankan. Negara kita menjamin warga negaranya untuk bebas berbicara, akan tetapi juga ada tata aturannya. Tata aturan itulah yang juga harus dijalankan dalam menyampaikan kritik baik oleh orang yang mengkritik maupun obyek yang dikritik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar